Kajian al-Hikam 50 : Matinya Mata Hati
NU Bogor -
Kajian al-Hikam 50
Matinya Mata Hati
الْعَجَبُ كُلُّ العًَجَبِ مِمّاَ لاَ انْفِكاَكَلهُعَنْهُوَيَطلُبُمالاَبَقاَءَلهُمَعَهُفاِنـّهَاَلاَتَعْمَىالاَبْصَارُ وَلٰكِنْ تَعمىَ الْقُلوْبُ الَّتىِ فِى الصُّدُورِ "
"Aneh dari segala keanehan yaitu melepas diri dari sesuatu yang tidak bisa dihindarkan yaitu Allah, lalu mencari sesuatu yang tidak akan kekal yaitu dunia. Sesungguhnya sikap demikian bukan buta mata kepalanya tetapi buta mata hati yang ada di dalam dada."
Maqalah diatas menjelaskan bahwa orang yang buta mata hatinya yaitu orang yang orientasi hidupnya mengejar dunia semata namun melupakan Allah. Karena sikapnya lebih mementingkan urusan duniawi dengan mengejar fatamorgana dunia yang dianggap bisa membawa kebahagian hidup ternyata hanya kepalsuan. Mereka lupa bahwa hidup di dunia hanya sementara, sedangkan kehidupan di akherat lebih kekal. Mereka lebih senang menumpuk-numpuk harta benda untuk investsi dunia, tapi lupa investasi akherat. Investasi dunia akan memberi keuntungan sebatas hidup di dunia, namun setelah mati akan menjadi rebutan, sementara investasi akherat akan lebih kekal dan abadi karena bisa menjadi bekal di kehidupan akherat. Sikap hamba yang demikian termasuk sikap aneh dari segala keanehan karena meninggalkan yang kekal tapi mengejar yg sementara, meninggalkan Allah tapi mengejar dunia. Ini merupakan sikap orang yang buta mata hatinya.
Sebaliknya, orang yang melek mata hatinya, sikapnya akan lebih mementingkan kepentingan Allah dari urusan dunia, lebih mementingkan investasi akherat daripada investasi dunia dan lebih memilih Allah dari dunia seisinya. Orang yang terbuka mata hatinya tidak akan silau melihat kemewahan dan kemegahan duniawi, bahkan akan menjadikan kesuksesan duniawinya sebagai sarana perjuangan dan investasi akherat. Kekayaannya dan ketinggian martabatnya akan dijadikan sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah.
Inilah hakikat orang-orang yang dibuka mata hatinya oleh Allah. Sikapnya lebih mementingkan Allah dan urusan akherat daripada dunianya. Dalam hadits dijelaskan, “apabila cahaya keimanan masuk ke dalam lubuk hati seseorang maka akan terbuka mata hatinya. Ciri-ciri orang tersebut yaitu sikapnya meninggalkan kemewahan duniawi yang penuh tipu daya, lebih mengutamakan kepentingan akherat yang lebih kekal dan bersiap menjemput kematian sebelum datangnya kematian."
Semoga Allah senantiasa membuka mata hati kita dari tipu daya duniawi dan dapat menjadikan kesuksesan dunia sebagai bekal ibadah utk kehidupan akherat yg lebih kekal dan diberikan mati khusnul khatimah.
Dr. KH. Ali M Abdillah MA
Pengasuh al-Rabbani Islamic College
Nagrak, Gunung Putri
Kajian al-Hikam 50 : Matinya Mata Hati
Reviewed by Global Network
on
Oktober 13, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: