Kajian al-Hikam (57) : Istiqamah Zikir
NU Bogor -
Kajian al-Hikam 57
Istiqamah Zikir
لاَتتـْرُكِ الذِكْرَ لِعَدَمِ حُضوُرِكَ مَعَ اللهِ فيهِ لاَنَّ غفلَتَكَ عن وُجُودِ ذِكرِهِ أَشَدُّ من غَفلَتِكَ فى وُجوُدِ ذِكرِهِ فعَسى ُ أَنْ يَرْفَعَكَ من ذِكرٍ مع وجودِغَفلَةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ يَقظةٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ، ومن ذكرٍ معَ وُجودِ حُضوُرٍ إلى ذِكرٍ معَ وُجودِ غـَيْبَةٍ عمَّا سِوىَ المَذكـُورِ وَماَ ذٰلكَ على اللهِ بِعَزِيزِ
"Janganlah kamu meninggalkan zikir sekalipun kamu belum bisa ingat Allah di waktu berzikir, sebab kelupaanmu tidak berzikir itu lebih berbahaya dari pada kelupaanmu terhadap Allah saat kamu berzikir." Semoga Allah menaikkan derajatmu dari zikir dalam keadaan lalai menjadi zikir yang disertai ingat Allah, kemudian meningkat dari zikir dalam keadaan sadar mengingat Allah menjadi zikir yang disertai rasa hadir kepada Allah, dan dari zikir yang disertai rasa hadir menjadi zikir yang lupa terhadap segala sesuatu selain Allah. Dan yang demikian itu bagi Allah tidak sulit."
Maqalah diatas menjelaskan bahwa jangan pernah berhenti meninggalkan zikir sekalipun dalam zikir tidak mengingat Allah. Hal ini lebih baik daripada sama sekali tidak zikir dan tidak ingat Allah. Sebab dengan istiqamah melaksanakan zikir sekalipun tidak ingat Allah ini lebih baik, karena Allah punya kuasa untuk meningkatkan kualitas zikir. Dalam hal ini ada tingkatan dan kualitas zikir:
1. Dari zikir lupa Allah menjadi ingat Allah. Bisa jadi dengan istiqamah kualitas zikirnya menjadi zikir yang ingat Allah.
2. Dari zikir ingat Allah menjadi zikir yang hudhurullah yaitu zikir yang sudah bisa menyaksikan wujudullah.
3. Dari zikir hudhurullah menjadi zikir ghaibah yaitu zikir yang tidak ingat kecuali Allah yg menjadi 'ain al-madhkur (esensi zikir).
Ketiga tingkatan zikir tersebut sebagai gambaran adanya kualitas zikir yang dirasakan oleh orang-orangyang menuju Allah. Begitu juga dalam melaksakan shalat ada tingkatannya, karena tujuan shalat li-zikri yaitu untuk mengingat-Ku (Allah). Namun seringkali shalat kita dalam keadaan ghaflah sama sekali dari takbir lupa Allah, justru yang muncul dalam shalatnya yaitu hilir mudik persoalan yang sedang dihadapinya. Namun demikian, tetap harus melaksanakan shalat sekalipun dalam keadaan lupa Allah. Bisa jadi dengan keistiqmahan dalam melaksanakan shalat Allah akan meningkatnya kualitas menjadi shalat yang ingat Allah, shalat yang bisa hudhurullah dan shalat yang tidak ada diiingat kecuali Allah.
Semoga Allah memberikan kekuatan kita bisa istiqamah dalam zikir sehingga dapat merasakan kualitas dan kenikmatan zikir.
Dr. KH. Ali M. Abdillah, MA
al-Rabbani Islamic College
Nagrak Gunungputri
Kajian al-Hikam (57) : Istiqamah Zikir
Reviewed by Global Network
on
Oktober 21, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: