Kajian al-Hikam (100) : Terangnya Cahaya Matahati
NU Bogor -
Kajian al-Hikam (100) :
Terangnya Cahaya Matahati
اَناَرَالظواَهِر بِاَنواَرِ اَثاَرِهِ وَاَناَرَالسَّرَاءرَ بانواراَوْصافِهِ لاَجْلِ ذٰلكَ اَفَلَتْ اَنْوَارُالظَّواهِرِ وَلمْ تأفـُلْ اَنْوَارُالقلوبِ واَالسرَاءرِ ،ولذَٰلكَ قِيلَ : انَّ شَّمسَ النَّهاَرِ تـَغْرُبُ بِليلٍ وَشَمْسَ القلوبِ ليسَتْ تغيْبُ
”Allah menerangi alam semesta (alam fisik) melalui pancaran cahaya ciptaan-Nya, sedangkan Allah menerangi rahasia-rahasia batiniah melalui pancaran cahaya sifat-Nya. Karena itu, cahaya alam semesta akan terbenam, sedangkan cahaya hati dan rahasia ruhani tidak akan terbenam. Dikatakan, “Sesungguhnya cahaya matahari di siang hari akan terbenam di waktu malam tiba, sedangkan cahaya matahari di dlm hati tidak pernah sirna.”
Maqalah diatas menjelaskan perbedaan dua cahaya antara cahaya matahari dan cahaya matahati. Cahaya matahari dapat menerangi alam semesta di siang hari, namun di kala matahari terbenam maka cahaya matahari akan sirna bersama waktu malam tiba. Artinya cahaya matahari yang bersifat lahiriyah memiliki keterbatasan. Berbeda dengan cahaya matahati memiliki kemampuan menembus batas ruang dan waktu. Para sufi atau orang-orang sholeh yang memperoleh anugerah cahaya matahati dari Allah memiliki kemampuan bisa melihat dan mendengar di luar dimensi ruang dan waktu. Sebagaimana Sayyidina Umar pernah memberikan intruksi perang dari jarak jauh kpd pasukan muslim yang sedang berjihad di medan lagi. Begitu juga para sufi yang menjadi wali-wali Allah juga diberikan anugerah winarah (mengetahui kejadian sebelum terjadi) bahkan mengetahui lintasan pikiran seseorang. Itu semua sebagai anugerah Allah yang diberikan kepada hamba-hamba yang dicintai-Nya sebagaimana dijelaskan dlm hadits Qudsy, "Seorang hamba tidak dpt mendekatkan diri kepadakau hanya menjalankan yang wajib melainkan harus melakukan yang sunnah. Maka ketika Aku (Allah) mencintainya maka Aku akan menjadi pendengarannya saat ia mendengar, menjadi penglihatannya saat ia melihat....". Karena itu, cahaya matahati para sufi tidak akan padam.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan cahaya-Nya pada pendengaran, penglihatan dan hati kita.
Dr. KH. Ali M. Abdillah, MA
Kajian al-Hikam (100) : Terangnya Cahaya Matahati
Reviewed by Global Network
on
Januari 13, 2018
Rating:
Tidak ada komentar: